Senin, 03 Oktober 2011

Sesal Kemudian Tiada Guna

Hsiau Fei adalah seorang mahasiswa yang sebentar lagi akan diwisuda. Dia sangat mendambakan akan mendapatkan hadiah wisuda dari ayahnya, seorang pengusaha kaya yang sangat menyayanginya sebagai anak tunggal. Hsiau Fei selama berhari-hari telah membayangkan akan mengendarai mobil BMW idamannya sambil bersenang-senang dengan temannya.
Saat yang dinantikan pun tiba. Setelah diwisuda, dengan langkah penuh keyakinan Hsiau Fei menemui ayahnya, yang tersenyum sambil berlinang air mata, menyampaikan betapa dia sangat kagum, akan anak satu-satunya dan sungguh sangat dia cintai.
Ayahnya kemudian mengeluarkan sebuah kado yang dibungkus rapi. Hal ini membuat Hsiau Fei terkejut dan terpaku, karena bukan kunci mobil BMW !!
Dengan perasaan gundah dibukanya juga kado itu, dimana berisi Buku Motivasi yang terjilid rapi berlapiskan tulisan emas, dengan nama Hsiau Fei di sampul depannya.
Hancur sekali hati Hsiau Fei menerima hadiah kitab tersebut, dan dengan marah tanpa dapat terkendalikan, dia membanting kitab tersebut sambil berteriak nyaring, "Apakah ini cara ayah mencintai saya...!!, dengan uang ayah yang banyak tidaklah sulit untuk membelikan hadiah yang memang telah ayah ketahui sudah lama saya idamkan!!"
Kemudian Hsiau Fei tanpa melihat reaksi ayahnya lagi, berlari kencang meninggalkannya dan bersumpah tidak akan menemuinya lagi.
Hari, bulan dan tahun pun berganti. Hsiau Fei yang telah pindah tinggal di kota lain, akhirnya berhasil menjadi seorang pengusaha yang sukses. Selain memiliki mobil dan rumah yang mewah, dia juga telah berkeluarga dan memiliki tiga anak.
Sementara ayahnya sudah pensiun dan semakin tua serta tinggal sendirian. Ayahnya selalu menanti kedatangan Hsiau Fei sejak hari wisuda tersebut, dengan satu harapan, hanya untuk menyampaikan betapa kasihnya dia kepada Hsiau fei.
Hsiau Fei adakalanya juga rindu kepada ayahnya. Namun setiap kali mengingat kejadian hari wisuda tersebut, diapun menjadi marah kembali dan merasa sakit hati atas hadiah buku dari ayahnya.

Sampai suatu hari, datanglah telegram dari tetangga ayahnya, yang memberitahukan bahwa ayahnya telah meninggal dunia, dan sebelum meninggal dia telah meninggalkan surat wasiat kepada Hsiau Fei, dimana semua hartanya akan diwariskan kepadanya. Akhirnya Hsiau Fei pulang untuk mengurus harta peninggalan ayahnya.
Memasuki halaman rumahnya, timbullah rasa penyesalan yang menyebabkannya sedih sekali ketika memikirkan sikap ketidaksabarannya, khususnya saat wisuda. Hsiau fei merasa sangat menyesal telah menolak ayahnya.
Dengan langkah berat dia memasuki rumah dan satu per satu perabot diperhatikannya, yang mengingatkannya akan semua kenangan indah ketika tinggal bersama ayahnya.
Dengan kunci wasiat yang diterimanya, dia membuka brankas besi ayahnya, dan menemukan Buku Motivasi dengan ukiran emas namanya, hadiah hari wisuda.
Dia mulai membuka halaman Buku tersebut dan menemukan tulisan ayahnya di halaman depan.
"Dengan segala kejahatan yang telah kamu lakukan selama hidupmu, tetapi kamu tahu memberikan yang terbaik untuk anakmu, sungguh Tuhan akan terguncang dengan perbuatanmu."
Tanpa disengaja, tiba-tiba dari sampul buku tersebut jatuh sebuah kunci mobil BMW, dan kwitansi pembelian mobil yang tanggalnya persis satu bulan sebelum hari wisuda Hsiau Fei.
Hsiau Fei terpaku tanpa bisa bersuara, berbagai perasaan menghinggapinya. Dengan sisa tenaga yang ada, Hsiau Fei segera berlari ke garasi dan menemukan sebuah mobil BMW yang telah berlapiskan debu tetapi masih jelas bahwa mobil tersebut belum pernah disentuh sama sekali, karena jok mobilnya masih terbungkus plastik. Di depan kemudi terpampang foto ayahnya yang tersenyum bangga.
Tiba-tiba lemaslah seluruh tubuhnya, dan air matanya tanpa terasa mengalir terus tanpa dapat ditahannya.
Nasi telah menjadi bubur, sesal kemudian tiada guna.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar