Selasa, 05 Juni 2012

SUAMI SAYANG ISTRI...???


Beberapa pria berada di Locker Room sebuah Club Golf Elite. Tiba2 sebuah HP yg tergeletak berdering. Setelah 4-5 kali bunyi, barulah seorang pria menjawabnya dengan mengaktifkan speakernya karena ia belum selesai mengeringkan rambutnya. Inilah percakapannya :


(P – Pria , W - Wanita )

P : "Halo ?"
W : "Papi, ini Mami. Papi lagi di club ya ?"
P : "Iya"
W : "Baguslah, Mami lagi ada di Mall ngak jauh dari situ. Barusan Mami lihat ada 1 tas kulit impor, keren banget lho Pi. Boleh ngak Mami beli ?"
P : "Berapa duit ?"
W : "Murah Pi, cuman 20 juta an. Dikasih diskon 25 %"
P : "Hmm, ya udah kalau Mami emang suka, beli saja"
W : "Ahh, sebelumnya Mami sempet mampir ke dealer mercy & kepincut model gresnya. Itu lho Pi yg pernah Mami tunjukin brosurnya ke Papi. Cepet juga ya udah nyampe kesini. Sempet ngobrol ama salesnya & dikasih harga spesial gara 2x Mami cerita kalau Papi ngak pernah naik mobil selain mercy. Lagian kan BMW Mami sudah banyak yg punya"
P : "Emang tuh sales kasih harga berapa ?"
W :"2,5 M"
P : "Ok, tapi dengan harga segitu Papi maunya sudah komplit dengan semua asesorisnya, udah dulu ya"
W : "Siiip ! Sebenarnya masih ada lagi sih..."
P : "Apa ?"
W : "Yg ini mungkin agak berlebihan. Pagi tadi Mami ngak sengaja lihat rekening bank Papi lalu Mami jalan ke rumah yg pernah kita lihat tahun lalu. Eh ternyata dijual ! Mami sempat lihat2 dalamnya, wuih keren banget Japanese gardennya lengkap dengan bungalow cantik di atas kolam koi"
P : "Buka harga berapa ?"
W : "Kayaknya mereka lagi kepepet Pi, masak rumah di jalan utama gitu cuman minta 8 M Yg penting rekening Papi masih cukup kok"
P : "Ya udah ambil, tapi coba tawar dulu siapa tahu 7,5 M dikasih"
W : "Ok, Honey sweety...Thank U. Cepat pulang ya Pi ! I love U !"
P : "Bye...I love U too !"

Pria tadi menutup HP sambil membereskan barang2 nya. Sementara itu, semua orang disana memandangnya dengan tatapan ter-kagum2.

Lalu pria tadi mengangkat HP tsb sambil bertanya :
" Ada yg tahu nggak ini HP siapa ....?

RENUNGKAN, RESAPI, DAN HAYATI


Mari sahabat kita menghitung berapakah harga nafas dalam satu hari dan pernahkah kita menanyakan harga Oksigen di Apotik ?
Jika belum tahu, +/- Rp 25rb/ltr,

Pernahkah kita menanyakan harga Nitrogen di apotik ?
Jika belum tahu, +/- Rp 9.950/ltr.


>> Taukah Bahwa

-Dalam sehari manusia menghirup 2.880 liter Oksigen & 11.376 liter Nitrogen-

2.880 x Rp.25.000,- = Rp. 72.000.000,-
11.376 x Rp. 9.950,- = Rp.113.191.200,-
—————————————
Total biaya sehari = Rp.185.191.200,-

Biaya bernafas 1 bln = 30 x 185.191.200,- = Rp.5.555.736.000,-

1 thn 365 hari maka biaya utk bernafas selama 1 th
365 x 185.191.200 = Rp.67.594.788.000,-

Jika harus dihargai dgn Rupiah maka Oksigen & Nitrogen yg kita hirup, akan mencapai Rp.185 Juta lebih/hr/manusia.

Sahabatku!
Jika kita hitung harga nafas dalam satu hari Rp.185 Juta,Maka sebulan Rp.5,5M/orang, setahun Rp.67,5 Milyar /orang !!!
Sudah berapa lamakah kita hidup di bumi ini? dan…. berapa rupiah biaya yang harus kita keluarkan untuk hidup selama itu jika udara yang kita hirup harus dibayar?
Sungguh manusia pada hakekatnya sangat LEMAH & TIDAK LAYAK BERLAKU SOMBONG di muka BUMI ini !

Orang yg paling KAYApun tdk akan sanggup melunasi biaya Nafas hidupnya, kalo Tuhan mau pake Rumus dagang sama manusia!

Masihkah kita belum mau BERSYUKUR ??!

Senin, 30 April 2012

SETAN ITU CUMA TAHU SATU KATA …


SETAN ITU CUMA TAHU SATU KATA …. TAPI

Tapi, aku belum cukup tua.
Tapi, aku tidak terkenal.
Tapi, aku tidak punya pengalaman.
Tapi, aku tidak punya cukup uang.
Tapi, aku terlalu sibuk.
Tapi, terlalu banyak persaingan.
Tapi, sudah ada yang melakukannya.
Tapi, Bosku tidak setuju denganku.
Tapi, ekonomi sedang buruk.
Tapi, itu sangat sulit.
Tapi, aku terlalu tua.
Tapi, ini sudah terlambat.

BERHENTILAH MENDENGARKANNYA !
Sebelum terlambat

SD Kebon Dalem 2 Arumsari Semarang



TK Kebon Dalem Semarang nan Damai









Selasa, 24 April 2012

Now let's Pray



In the name of the Father, and of the Son, and the Holy Spirit. Amen

Lord, the source of our live. We would like to thank you for all the blessing that you spend to us. Thank you for giving us another day so that we can still enjoy the beautiful morning and meet our friends.

Lord, we know that You will always give what we ask you. May You guide us in doing our activities today in order that we can share our love and help each other.
All of this I ask You in the name of your only Son, our lord Yesus Christ. Amen

In the name of the Father ....

Tiga hal yang bisa kita pelajari dari pohon



1. Pohon tidak makan dari buahnya sendiri.Buah adalah hasil dari pohon. Dari mana pohon memperoleh makan? Pohon memperoleh makan dari tanah. Semakin dalam akarnya makin banyak nutrisi yang diserap.
Ini berbicara tentang kedekatan hubungan kita dengan Sang Pencipta sebagai Sumber Kehidupan.
Mengapa buah kurma manis sekali. Pohon kurma itu ditanam di padang pasir. Bijinya ditaruh di kedalaman 2 meter, kemudian ditutup dengan 4 lapisan.Sebelum pohon kurma itu tumbuh, dia berakar begitu dalam sampai kemudian menembus 4 lapisan tersebut dan menghasilkan buah yang manis di tengah padang pasir. Ada proses tekanan begitu hebat ketika kita menginginkan hasil yang luar biasa. Seperti juga pegas yang memiliki daya dorong kuat ketika ditekan.

2. Pohon tidak tersinggung ketika buahnya dipetik orang. Kadang kita protes, kenapa kerja keras kita yang menikmati justru orang lain. Inilah prinsip memberi.
Kita ini bukan bekerja untuk hidup, tetapi bekerja untuk memberi buah. Kita bekerja keras supaya kita dapat memberi lebih banyak kepada orang yang membutuhkan. Jadi bukan untuk kenikmatan sendiri. Cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu, tapi tidak pernah ada kata cukup untuk memberkati orang lain dengan pemberian kita.

3. Buah yang dihasilkan pohon itu menghasilkan biji, dan biji itu menghasilkan multiplikasi.
Ini bicara tentang bagaimana hidup kita memberi dampak positif terhadap orang lain.

~ TUHAN MEMBERKATI ~

Selasa, 13 Maret 2012

ARTI TELUR PASKAH


Banyak sekolah minggu dan taman kanak-kanak serta sekolah dasar kristen merayakan Paskah dengan berlomba mencari telur. Telur ayam atau telur itik yang sudah direbus dan dihias dengan aneka warna disembunyikan di antara semak di taman. Lalu anak-anak berlomba mencarinya. Ada juga perlombaan menghias telur. Telur itu diberi topi atau jenggot dan digambar menjadi badut berhidung merah atau tukang sulap bertopi tinggi dan sebagainya.

Kemudian pernahkah Anda perhatikan bahwa dikartu ucapan selamat paskah, biasanya selain gambar bunga ada juga gambar kelinci? Nah, apa hubungan Paskah dengan telur dan kelinci? Hubungan secara langsung sebenarnya tidak ada. Inilah latar belakang lahirnya tradisi merayakan Paskah dengan telur dan kelinci.

Tradisi
Pada jaman abad-abad permulaan, di Inggris orang sudah mengenal Dewi Eostre (di Jerman: Dewi Austro) sebagai Dewi musim semi atau Dewi kesuburan dan perpanjangan hidup, yang kira-kira dapat dibandingkan dengan Dewi Sri di Indonesia.

Hari Paskah selalu jatuh di sekitar- hari-hari perayaan Dewi Eostre itu. Sebab itu lambat laun orang mengambil alih perayaan Dewi Oestre itu. Kata Inggris dan Jerman untuk Paskah yaitu Easter atau Ostern, diambil dari nama Dewi Eostre atau Austro itu. Juga kegiatan perayaan itu diambil alih dan diberi dengan isi yang baru.

Begitulah telur yang semula adalah lambang cikal bakal kehidupan diambil alih menjadi lambang bangkitnya kehidupan. Kelinci yang semua adalah lambang kesuburan (karena dapat berkembang biak dengan cepat) diambil alih dan diberi arti paskah, yaitu lambang kehidupan yang berlimpah dalam kristus.

Bagi orang di belahan bumi utara. Paskah bertepatan dengnan musim semi. Musim semi adalah musim yang memperlihatkan munculnya kembali kehidupan. Pohon-pohon yang selama musim gugur dan musim dingin menjadi gundul, kini mulai bertunas. Bunga mulai bermekaran. Binatang-binatang mulai keluar dari perlindungannya. kehidupan dimulai lagi.

Demikianlah orang-orang kristen sejak jaman itu mengambil alih perayaan itu. Lambang telur dan kelinci pun diambil alih dan dijadikan lambang bahwa oleh kebangkitan kristus, hidup kita dimulai lagi secara baru untuk menjadi hidup yang bersemi dan berlimpah.

Buka esensi
Ingat, telur dan kelinci itu hanyalah aksesoris atau hiasan Paskah yang dipakai untuk membuat orang kristiani lebih mendalami arti paskah. Jangan sampai hal-hal yang aksesoris itu dikultuskan atau disembah, dan pengorbanan Kristus yang merupakan esensi Paskah justru dilupakan serta terlupakan.

Selama lebih dari 100 tahun, anak-anak datang ke halaman gedung putih pada hari senin setelah Paskah, untuk ikut berburu telur paskah. Dengan begitu banyaknya acara yang berlangsung, muncul komersialisasi. Dan ironisnya, buka Tuhan Yesus yang ditonjolkan, melainkan telur dan kelinci Paskah.

Hati-hati, kalau yang aksesoris itu pamornya melebihi yang esensi lebih baik ditinggalkan dan kembali fokus memberitakan esensi, yaitu Tuhan Yesus. Jangan sampai, ketika paskah tiba, kita menjadi sukacita, bukan karena memperingati kebangkitan yesus, melainkan menanti datangnya lomba mencari telur.

Lebih jauh, rentang waktu yang lama membuat orang banyak mulai lupa dan menganggap remeh pengorbanan Yesus di kayu salib, bahkan ada yang menyebut peristiwa itu sebagai dongeng atau cerita kuno yang sangat dramatis dan menguras air mata.

Tidak sedikit orang-orang Kristiani yang terharu dan menangis tersedu-sedu ketika melihat penayangan film penyaliban Kristus “Passion of the Christ”, tetapi tidak memahami betapa Dia telah meniti jalan penderitaan untuk menebus dosa-dosa manusia, termasuk mereka yang menonton. “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan DiriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Filipi 2:8)

Bagi banyak orang, paskah identik dengan telur yang akan dibagi-bagikan, tetapi sesungguhnya Paskah adalah kemenangan kristus, yang mengalahkan kuasa maut (kematian) melalui kebangkitanNya. Tanpa kebangkitanNya, iman Kristen menjadi sia-sia belaka. Tanpa kebangkitanNya maka kepercayaan kita kepadaNya tidak berarti apa-apa dan kita tetap akan mengalami kebinasaan karena dosa. Tetapi sebaliknya, karena kebangkitanNya kita sekarang memiliki pengharapan dan masa depan yang pasti.

Senin, 20 Februari 2012

MAKNA PUASA SEBAGAI PERTOBATAN


MAKNA PUASA SEBAGAI PERTOBATAN
Yl. 2:1-2, 12-17; Mzm. 51:1-17;  II Kor. 5:20-6:10; Mat. 6:1-6, 16-21


Tradisi puasa dalam kehidupan gereja Tuhan sesungguhnya telah terentang sejak gereja tampil di atas muka bumi. Bahkan secara teologis, gereja Tuhan telah mewarisi tradisi puasa dari umat Israel sebagaimana disaksikan oleh Alkitab Perjanjian Lama. Sehingga tradisi puasa dalam kehidupan jemaat Kristen Protestan bukan sekedar suatu ibadah yang mau “ikut-ikutan” misalnya dengan saudara kita yang beragama Islam. Juga kita tidak melaksanakan puasa karena gereja Roma Katolik telah melaksanakan ibadah puasa sejak dahulu. Demikian pula kita melaksanakan puasa bukan karena saudara-saudara seiman di gereja Pantekosta atau yang mengikuti aliran kharismatik sering melakukan ibadah “doa-puasa”. Kita melaksanakan puasa karena sesungguhnya puasa dipakai oleh Tuhan untuk melatih rohani kita agar spiritualitas kita makin terbuka untuk menghayati pertobatan sebagai sikap hidup. Pertobatan yang dimaksud adalah agar kehidupan kita makin berkenan di hati Tuhan dan setia memelihara kekudusan hidup. Itu sebabnya makna pertobatan bukan terletak pada upacara lahiriah dan kebiasaan keagamaan, melainkan pada pertobatan hati. Yoel 2:13 berkata: “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu”. Jadi yang dikehendaki oleh Tuhan dalam ibadah puasa adalah “hati yang mau dikoyakkan” sehingga kita menyesali dengan sungguh semua kesalahan dan dosa kita. Tuhan tidak menghendaki pakaian atau baju yang dikoyak karena penyesalan terhadap suatu dosa. Sehingga percuma saja umat Israel mengoyakkan pakaian atau jubahnya ketika mereka menyesali kesalahan dan dosanya, tetapi ternyata hati mereka tetap keras dan mereka terus berkanjang dalam dosa. Bahkan tindakan mengoyakkan pakaian dalam pengertian ini dapat berarti hanya sekedar suatu bentuk kepura-puraan belaka, yang artinya sama dengan kemunafikan. Manakala umat dipanggil untuk mengoyakkan hati, berarti dimaksudkan agar kita diajak untuk mengalami kasih dan pengampunan Allah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sebab Yahweh adalah Allah yang pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukumanNya (ayat 13b).

Namun pada sisi lain, nabi Yoel menegaskan bahwa Allah adalah Tuhan yang berdaulat penuh atas hidup manusia. Itu sebabnya di Yoel 2:14, diawali dengan perkataan “siapa tahu….”  Dengan demikian Allah pada hakikatnya senantiasa bertindak berdasarkan keputusan dan kehendakNya yang berdaulat, dan tidak ada seorangpun dari manusia yang dapat mengendalikan Dia. Manusia tidak dapat mengendalikan atau mengatur kehendak Allah dengan berbagai doa dan puasanya. Karena itu saat kita berpuasa tidak boleh memiliki motivasi lain, selain sikap iman yang mau merendahkan diri secara total di hadapan Allah. Melalui puasa, selaku umat percaya kita ingin mengekspresikan sikap pertobatan. Sikap ini kita lakukan karena sikap bertobat harus dinyatakan dalam perbuatan, bukan sekedar rangkaian kata-kata yang saleh. Nabi Yoel mengajak umat Israel untuk bertobat dengan melakukan puasa yang kudus (Yoel 2:15). Wujud dari puasa yang kudus tersebut  ternyata tidak hanya tertuju kepada pribadi atau perseorangan tertentu, tetapi tindakan puasa pada prinsipnya juga melibatkan seluruh elemen atau seluruh tingkat usia dan berbagai generasi dari umat Allah, yaitu: mereka yang tua, anak-anak, bayi yang masih menyusu, pengantin laki-laki dan perempuan, para imam, dan pelayan-pelayan Tuhan (Yoel 2:16-17). Mereka semua tanpa terkecuali dipanggil untuk menangis di antara balai depan dan mezbah sambil berkata: “Sayangilah, ya Tuhan umatMu, dan janganlah biarkan milikMu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka” (Yoel 2:17). Jadi pertobatan yang dituntut oleh Allah bukan hanya ditujukan secara individual belaka, tetapi juga suatu pertobatan yang bersifat komunal, yaitu pertobatan sebagai umat Allah (kahal Yahweh). Itu sebabnya tindakan puasa sebagai wujud dari pertobatan umat diungkapkan oleh nabi Yoel dalam bentuk perintah  (imperatif), yaitu: “Kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah” (Yoel 2:16).  Dalam memahami firman Tuhan yang diucapkan oleh nabi Yoel ini, justru dalam kehidupan kita sehari-hari, sering makna puasa hanya dihayati sebagai bentuk kesalehan pribadi. Padahal yang dikehendaki oleh Tuhan agar kita selaku pribadi dan selaku persekutuan umat seharusnya konsisten dalam memberlakukan kekudusan hidup. Itu sebabnya sejak dahulu selama masa Pra-Paskah gereja-gereja Tuhan senantiasa memotivasi dan memberlakukan puasa kepada seluruh anggota jemaat agar mereka selaku persekutuan yang telah ditebus oleh Kristus sungguh-sungguh mau setia untuk memelihara hidup kudus dengan sikap bertobat. Jadi makna puasa seharusnya dihayati sebagai masa yang khusus untuk mengakui segala kesalahan dan dosa pribadi dan umat. Sehingga kita sungguh-sungguh dapat  berdamai dengan Allah yang akan memampukan kita untuk berdamai dengan diri sendiri dan berdamai dengan sesama.

Saat kita berpuasa juga dapat kita pakai sebagai media untuk melatih dan mempertajam spiritualitas dan iman yang kita miliki. Sehingga setelah berpuasa, seharusnya kita  dapat mengalami perubahan hidup; agar hidup kita menjadi lebih arif dalam menghadapi berbagai persoalan dan pergumulan yang terjadi. Hasil dari puasa adalah kemampuan spiritual untuk mengendalikan diri kita menjadi lebih optimal. Sebagai sikap pertobatan, maka dalam mempratekkan puasa seharusnya kita makin memiliki spiritualitas yang penuh kasih dan pengampunan kepada sesama. Tetapi bagaimana fenomena yang terjadi pada saat masa puasa di negara ini? Justru kita sangat prihatin karena dalam masa puasa di negara ini masih sering terjadi berbagai tindakan kekerasan fisik dan mental serta pengrusakan harta milik kepada sesama yang dianggap tidak “menghormati” mereka. Mereka merusak berbagai tempat seperti toko dan rumah-makan dari sesama yang sedang mencari nafkah dengan berjualan makanan dan minuman. Tempat-tempat tersebut dianggap oleh mereka dapat menggoda dan meruntuhkan “iman” orang yang sedang berpuasa sehingga harus dihancurkan. Jika kita hayati masa berpuasa sebagai masa di mana kita mau menempuh hidup baru dengan bertobat, dan untuk itu kita secara serius mau melatih diri untuk mengendalikan keinginan serta hawa-nafsu; maka seharusnya kita merasa malu telah mempraktekkan kekerasan pada masa puasa. Manakala kita ingin membela kekudusan Allah, maka seharusnya kekudusan Allah  tidak boleh dilepaskan dari kasihNya yang lembut. Karena itu menegakkan kekudusan Allah tidaklah dapat dibenarkan dengan penggunaan cara-cara kekerasan, sebab setiap cara penggunaan kekerasan selalu bertentangan dengan kasih dan pengampunanNya. 

Selain itu dalam menghayati sikap pertobatan, kita tidak boleh melakukan puasa secara demonstratif sehingga orang banyak mengetahui dan memberi pujian saat kita sedang berpuasa. Sebab makna pertobatan yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus adalah “spiritualitas yang tersembunyi”. Maksud dari “spiritualitas yang tersembunyi” adalah sikap rohani yang tidak mencari nama, pujian atau penghargaan manusia. Karena itu di Mat. 6:1 Tuhan Yesus berkata: “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga”. Betapa sering sikap pertobatan dipraktekkan hanya sebagai suatu demonstrasi kerohanian di hadapan publik agar semua orang dapat melihat dan memberi pujian tentang bagaimana saleh kehidupan keagamaan mereka. Apabila mereka melakukan demonstrasi rohani yang demikian, seharusnya mereka perlu menyadari bahwa sesungguhnya mereka sudah mendapat upah atau hasilnya, yaitu pujian dari manusia. Tetapi sikap mereka yang demikian tidak akan pernah mendapat penghargaan dan pujian dari Allah, sebab Allah sebagai Bapa hanya melihat yang tersembunyi (Mat. 6:4). Allah hanya peduli  kepada umatNya yang sungguh-sungguh merendahkan diri dan bertobat secara tulus serta tanpa mengasihi Dia tanpa syarat. Karena itu makna pertobatan yang benar di hadapan Allah bukanlah suatu publikasi berupa simbol-simbol sikap rohani yang ditampilkan secara sengaja  dengan berdiri di tikungan-tikungan jalan (Mat. 6:5), mengucapkan kalimat doa yang panjang bertele-tele (Mat. 6:7), atau menampilkan wajah yang kusam karena dia sedang berpuasa (Mat. 6:16). Makna pertobatan adalah sikap hati yang mau berubah di hadapan Allah, yang mana efek perubahan hidup itu dapat dirasakan oleh setiap orang di sekitarnya.  Jadi umat yang bertobat tentunya tetap wajib berdoa dengan khusuk, berpuasa dengan kesungguhan hati, dan sikap yang ikhlas, serta beribadah di rumah Tuhan dalam semangat spiritualitas yang tersembunyi. Tetapi kemudian dalam hidup sehari-hari mereka mampu membuktikan buah pertobatan dalam kehidupan mereka. Jadi puasa dan berdoa sebenarnya hanyalah awal dari sikap bertobat, tetapi perubahan hidup merupakan wujud yang sesungguhnya dari pertobatan.

Salah satu bentuk dari pertobatan adalah sikap yang tidak terbelenggu oleh harta, kekayaan dan uang. Itu sebabnya di Mat. 6:19, Tuhan Yesus berkata: “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; sebab di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya”. Orang yang bertobat pada hakikatnya menyatakan bahwa hidupnya sepenuhnya milik Allah; jadi kehidupan orang percaya pada hakikatnya tidak lagi dimiliki oleh kuasa lain. Sehingga hati dan roh orang percaya hanya terarah kepada Allah. Sebaliknya orang yang tidak bertobat walau secara ritual dia telah banyak berdoa dan berpuasa, sesungguhnya dia masih dimiliki dan dibelenggu oleh kuasa dunia ini. Hatinya tetap melekat kepada kuasa dunia ini. Sehingga bagi mereka, makna puasa hanya dihayati sebagai “diet” terhadap makanan dalam kurun waktu yang cukup panjang. Selama masa puasa mungkin mereka mampu menolak setiap makanan yang ada di depannya, tetapi mereka menjadi sangat serakah setelah puasa selesai. Juga mereka mungkin sangat taat untuk tidak menyentuh setiap makanan selama masa berpuasa, tetapi tak lama kemudian mereka merebut secara sewenang-wenang dengan tipu daya setiap “makanan” yang dimiliki oleh sesamanya. Dalam hal ini mereka berpuasa bukan karena mereka bertobat dan menyesali semua kesalahan atau dosanya, tetapi puasa dilakukan agar mereka  dapat memperoleh pahala dari Tuhan agar dosa-dosa yang diperbuat sebelumnya diampuni. Kemudian pada tahun mendatang mereka berpuasa kembali agar Tuhan juga mau mengampuni dosa-dosa yang telah dilakukan. Dalam pemahaman yang demikian puasa telah dimanipulasi secara teologis untul menyembunyikan dan melegalkan berbagai perbuatan dosa yang telah dilakukan. Mungkin mereka tidak menyadari manipulasi teologis tersebut karena mereka memiliki keyakinan dalam alam bawah sadar, bahwa puasa pasti mendatangkan pahala bagi yang melakukannya. Padahal sesungguhnya hati mereka tidak pernah bertobat, sebab jiwa dan roh mereka masih terikat oleh kuasa Mammon.

 Bukankah kita makin menyadari bahwa betapa sangat sulit bagi kita untuk melepaskan diri dari kuasa Mammon? Mungkin kita cukup mampu berpuasa untuk tidak makan pada saat tertentu, tetapi kita sering gagal melepaskan diri dari kuasa harta dan uang yang kita miliki. Sehingga benarlah perkataan Tuhan Yesus yang berkata: “Karena di mana hartamu berada,di situ juga hatimu berada” (Mat. 6:21). Selaku umat percaya kita dipanggil oleh Tuhan agar kita berpuasa untuk melawan kuasa Mammon. Sehingga makna puasa dalam pengertian ini adalah berarti melawan dengan rahmat dan anugerah Allah segala bentuk nafsu konsumerisme dan dorongan materialisme, sehingga hidup kita tertuju hanya untuk mempermuliakan namaNya. Jika demikian, sampai sejauh mana kita telah mempraktekkan spiritualitas yang bebas dari keterikatan dengan harta milik dan kuasa Mammon? Sebenarnya ketika kita mampu melepaskan diri dari keterikatan dari harta milik dan kuasa Mammon, saat itu kita telah mempraktekkan puasa dalam pengertian yang sesungguhnya. Sehingga mungkin kita tidak pernah “diet” makanan selama masa berpuasa, tetapi sesungguhnya jiwa dan roh kita telah berpuasa sebab terbukti kita telah mampu menolak segala keinginan dan hawa nafsu dunia ini.  Jadi bagaimanakah sikap hidup saudara pada saat ini? Apakah kita kin makin  dapat menghayati makna hari Rabu Abu sebagai sikap pertobatan agar hidup kita seluruhnya tidak lagi dibelenggu oleh kuasa dunia ini? Jika kita telah hidup dalam pertobatan, apakah kita kini mau memberlakukan kasih dan pengampunan Allah secara nyata kepada setiap orang? Saat kita berpuasa dengan tulus, apakah spiritualitas kita makin menjadi jernih sehingga kita makin dapat merasakan dengan penuh empati setiap orang yang sedang menderita dan kelaparan? Amin.